sumber: google search |
Alkisah, di antara rimbunan pohon di tepian hutan. Tampak sebuah empang
yang berair tenang, tanpa kegiatan apapun di situ. Dengan santai si
empang mengajak sungai di sisinya mengobrol, "Hai sungai, kuperhatikan
setiap hari kamu tidak henti-hentinya mengalir. Apakah engkau tidak
merasa lelah dan bosan? Sering kali aku melihatmu menarik kapal yang
berat, kadang mendorong perahu yang sedang berlayar atau mengangkut
perahu bambu para nelayan yang tidak terhitung jumlahnya. Kehidupan yang
melelahkan dan membosankan seperti itu sampai kapan baru berhenti?
Terus terang saja, kalau aku harus mengerjakan semua itu, aku pasti
kelelahan dan jenuh sampai mati.
Dibandingkan dengan dirimu,
alangkah mujur nasibku ini. Memang aku tidak setenar dirimu dan tidak
tercetak di gambar peta. Tidak ada orang yang menyanjungku dan membuat
lagu untukku. Tapi untukku semua itu tidak ada artinya. Lihatlah, aku
selalu berbaring di atas tanah lembab yang empuk, layaknya seorang putri
sedang tidur di atas kasur bulu angsa. Aku bisa menikmati kedamaian dan
keindahan alam setiap saat, tidak perlu terganggu oleh kapal dan perahu
yang berat, kotor, dan berisik itu.
Memang kadang ada sih,
sedikit musibah mengganggu ketenanganku, itupun hanya karena selembar
daun yang terjatuh di permukaan airku. Bahkan tiupan angin dari empat
arah pun tidak pernah mengganggu kedamaian hidupku. Alangkah nikmatnya
hidup ini dan aku tidak mau menukar dengan apapun untuk beralih menjadi
seperti dirimu."
sumber: google search |
Mendengar kalimat panjang dari si empang,
dengan sabar si sungai menjawab, "Sobat empang, namaku adalah sungai,
karenanya aku wajib meninggalkan kehidupan yang santai, aku harus
mengikuti hukum alam, setiap hari mengalir tidak berhenti. Dengan
bantuan angin dan tanah, arus airku ini melayani berbagai kebutuhan
manusia. Aku memberikan seluruh tenagaku kepada alam. Dari situlah aku
mendapat penghormatan dan sanjungan. Seumur hidupku aku akan mengalir
dan terus mengalir dan aku pasti akan selalu diingat manusia sepanjang
masa. Dan waktu itu, kamu entah di mana, orang-orang pun pasti akan
melupakanmu!"
Dan benar seperti yang dikatakan si sungai, dia
terus mengalir sepanjang tahun dan si empang semakin lama makin
mengering dan akhirnya dilupakan orang.
Dalam
cerita ini, empang diibaratkan sebagai insan yang puas hanya berdiam
diri dengan keberadaannya tanpa berbuat apa-apa. Egois dan hanya
memikirkan kepentingannya, dirinya sendiri.
Sedangkan sungai
menunjukkan sosok pribadi yang menghargai jati diri, siap melayani, dan
membantu orang lain sehingga dapat menikmati kehidupannya dengan selalu
bersahaja dan berbahagia.
saya share kerana saya suka ini
No comments:
Post a Comment